Makam Raja Tulang Bawang Terakhir di Pagardewa

Makam Raja Tulang Bawang Terakhir di Pagardewa
Hi. Pejurid Hidayatullah Glr. Minak Kemala Bumi

Kamis, 31 Desember 2009

Dibalik Nama Kabupaten Tulang Bawang

   Hari hari telah berganti, bulan dan tahun menyertai nya. Genap sudah Dua belas tahun terbentuk nya kabupaten Tulang Bawang, dan saat ini pun Tulang Bawang telah memekarkan wilayah kepemerintahan nya menjadi tiga Kabupaten, Diantar nya : Kabupaten Tulang bawang (induk), Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Mesuji. Hal ini disambut gembira masyarakat setempat, dengan alasan memperpendek rentang kendali kepemerintahan, yang harapan nya dapat memudahkan pelayan publik. Antar pemerintah dengan rakyat di daerah masing- masing.

   Namun apakah semua masyarakat Tahu ?, khusus nya penduduk kabupaten Tulang Bawang (sebelum di mekarkan) Kenapa nama kabupaten yang mereka tempati itu agak aneh di dengar ? mungkin tidak sebagian sebagian mereka tahu tentang hal tersebut.

  Menjawab hal tersebut, kami ingin sekali menyebarluaskan nama asal usul Tulang Bawang sebelum dah sesudah merdeka dan kami berharap Yang kami tulis ini belum lah sempurna, masih perlu adanya sumbang saran dan usul bagi rekan- rekan pembaca yang mengetahui persis   


Selasa, 22 Desember 2009

Tulang Bawang Dalam Sejarah Nusantara


Sumber : Catatan Edward Raja Mega Achmad

 Peta sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara menggambarkan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera).
Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.
Ketika Islam mulai masuk ke bumi Nusantara sekitar abad ke-15, Menggala dan alur sungai Tulang Bawang yang kembali marak dengan aneka komoditi, mulai kembali di kenal Eropa. Menggala dengan komoditi andalannya Lada Hitam, menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan komoditi sejenis yang didapat VOC dari Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang, menyebabkan denyut nadi Sungai Tulang Bawang semakin kencang, dan pada masa itu kota Menggala dijadikan dermaga “BOOM”, tempat bersandarnya kapal-kapal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Singapura.
Perkembangan politik Pemerintahan Belanda yang terus berubah, membawa dampak dengan ditetapkanya Lampung berada dibawah pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam Deandles mulai tanggal 22 November 1808. Hal ini berimbas pada penataan sistem pemerintahan adat yang merupakan salah satu upaya Belanda untuk mendapatkan simpati masyarakat.
Pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa, sehingga terbentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang sendiri dibagi dalam 3 kebuayan, yaitu Marga Tegamoan, Marga Bulan dan Marga Suay Umpu (tahun 1914, menyusul dibentuk Buay Aji).

Tulang Bawang Dalam Sejarah Nusantara


Peta sejarah kebudayaan dan perdagangan di Nusantara menggambarkan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, disamping kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan kerajaan ini, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke-4 seorang pejiarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulang Bawang) di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera).
Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P’o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulang Bawang sedikit demi sedikit semakin pudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan ini.
Ketika Islam mulai masuk ke bumi Nusantara sekitar abad ke-15, Menggala dan alur sungai Tulang Bawang yang kembali marak dengan aneka komoditi, mulai kembali di kenal Eropa. Menggala dengan komoditi andalannya Lada Hitam, menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan komoditi sejenis yang didapat VOC dari Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang, menyebabkan denyut nadi Sungai Tulang Bawang semakin kencang, dan pada masa itu kota Menggala dijadikan dermaga “BOOM”, tempat bersandarnya kapal-kapal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Singapura.
Perkembangan politik Pemerintahan Belanda yang terus berubah, membawa dampak dengan ditetapkanya Lampung berada dibawah pengawasan langsung Gubernur Jenderal Herman Wiliam Deandles mulai tanggal 22 November 1808. Hal ini berimbas pada penataan sistem pemerintahan adat yang merupakan salah satu upaya Belanda untuk mendapatkan simpati masyarakat.
Pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa, sehingga terbentuk Pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Kepala Marga (Kebuayan). Wilayah Tulang Bawang sendiri dibagi dalam 3 kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan dan Buay Umpu (tahun 1914, menyusul dibentuk Buay Aji).
Jayalah Tulang Bawang Ku

Selasa, 15 Desember 2009

SEKILAS SEJARAH KERAJAAN TULANG BAWANG TEMPO DOELOE

Mengungkap tabir sejarah kerajaan Tulang bawang, yang saat ini telah di abadikan nama nya sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi lampung yaitu  kabupaten Tulang Bawang. Tentu nya dalam hal ini kami pemuda yang ingin mengetahui dan menelusuri keberadaan Kerajaan Tulang Bawang. kami sangat memerlukan sumbangsih para ahli sejarah untuk menulis kritik, saran di halaman kami ini.

Sejarah lampung dimulai dari sejak Zaman Hindu Animisme yang berlangsung antara abad pertama sampai awal abad ke XIV. Sistem kebudayaan berasal dari luar termasuk Hindu dan Budha. Tetapi Dominan adalah tradisi asli dari zaman Melayu- Polenesia

Daerah lampung dikenal orang luar sejak permulaan tahun masehi sebagai tempat orang-orang lautan mencari hasil hutan. Hal itu terbukti dengan ditemukan nya berbagai jenis bahan keramik dari zaman Han (206-220 SM) dan akhir zaman Han (Abad ke- II sampai dengan abad ke- IV) Juga zaman Ming (1368-1643)

Sebuah catatan dari Negeri China (China Cronicle) Abad ke- VII, Menyebutkan kan Bahwa didaerah selatan (Nam-phang) terdapat kerajaan yang disebut Tho'lang P'ohwang. Jika benara pada pertengahan abad ke- VII itu di Lampung ada kerajaan Tulang Bawang berarti disana sudah ada permukiman masyarakat yang menganut kepercayaan lama (Animisme), dan mempunyai hubungan dengan kerajaan Melayu Kamboja, dan negeri China . Ketika itu islam baru lahir dan diajarkan Nabi Muhammad SAW (571-532) di jazirah Arab.

Dari gambaran itu, Lampung dapat dipastikan telah di diami manusia sejak Zaman Prasejarah berabad- abad yang lalu. Pembuktian itu di tunjang oleh penemuan peninggalan sejarah dan yang berupa Patung- patung pahatan yang bercoarak megalitik disekitar Purawiwitan, Sumberjaya, Kenali, Batubedil, Dan Pugung raharjo kecamatan Jabung.

Pada daerah- daerah tertentu terdapat peninggalan bersejarah yang menunjuk kan Lampung berada di bawah pengaruh kerajaan maritim terbesar kala itu, Kerajaan Sriwijaya. Prasasti PALAS PASEMAH dan Prasasti BATUBEDIL. di daerah Lampung Selatan merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya sekitar abad VII-VIII.

Pusat Kerajan Tulang Bawang diperkirakan terletak disekitar Muara Way (Sungai)Tulang Bawang Mulai dari Menggala Hingga Pagardewa. hal tersebut sesuai dengan pengembara Tionkok I tsing, yang menyebutkan pernah singgah di sebuah kerajaan besar yang terletak di aliran Sungai Tulang Bawang 20 Mil antara Pagardewa dan Menggala.

Bupati Tulang Bawang